Kajian Ushul Fiqh "Hukum Taklifi dan Hukum Wadzi dalam Syari'at"
إلى حضرة النبي المصطفى محمّد صلى الله عليه وسلم وعلى اله وأصحابه أجمعين.
وإلى جميع مشايخنا وأساتذتنا وآبائنا والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات خصوصا الى روح :
Syeikh Namlah, Simbah Agus, Orang tua, keluarga dan Anak turunku, Warih firdausi , semua yang aktif berbagi ilmu, Semoga selalu dalam Rahmat Alloh di dunia dan akhirat, ilaa yaumil qiyamah wa husnul khotimah,
الفاتحة:
ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (1)
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ (2) اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (3) ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ (4) ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ (5)
اﻫﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاﻁ اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ (6) ﺻﺮاﻁ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ (7)
Aamiin.
Halaman : 132.
💦3. Hukum taklifi dan hukum wadzi dalam syari'at. 💦
Dalam pembagian diatas, ulama terbagi jadi dua mazhab.
- Menurut mazhab ini, bahwa hukum syariat itu memang ada yg taklifi, ada yg wadzi. Pendapat ini masyhur dan dipilih oleh kebanyakan kalangan ahli ushul. Maka dari itu, sebagaimana bahasan yang lalu, pengertian hukum syariat itu berkumpul didalam nya dua hukum taklifi dan wadzi diatas. Yaitu: tuntutan, pilihan( ini masuk taklifi) dan wadziynya( ini masuk hukum wadzyi). Nah, maka saat diperinci pengertian hukum wadziy yang didalamnya mencakup sebab, sarat dan manik itu jelas, bagian lingkup yang tidak terpisahkan saat membahas hukum syariat secara umum. Dari itulah, maka hukum wadziy itu jelas bagian dari hukum syariat pula.
- Mazhab yang kedua ini memilih, bahwa hukum syariat itu hanya hukum taklifi satu satunya. Jadi hukum wadziy tidak masuk di dalamnya. Mazhab ini dipilih oleh sebagian ulama semisal baidzowy dan lainnya. Pengusung mazhab ini berpendapat, bahwa hal hal yang ada dalam dalil, yang dipahami sebagai sebab, manik atau syarat itu tidak berdiri sendiri dalam hal membentuk korelasi hukum. Contoh perintah sholat maghrib karena matahari sudah tenggelam umpamanya, itu tidak harus dipahami sebagai sebab adanya sholat maghrib, tapi hanya bentuk taklifi saja, berupa perintah sholat pada saat itu. Artinya : maka saat itupun telah cukup, bahwa apa yg dimaksudkan hukum wadziy itu sudah otomatis tercakup dalam khitob diatas, dipahami sebagai perintah. Waktu sholat maghrib itu saat matahari terbenam. Otomatis dipahami sebagai khitob taklifi dalam bentuk perintah, bahwa saat matahari tenggelam itu diperintahkan untuk sholat maghrib.
اﻟﻤﺒﺤﺚ اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻫﻞ ﻳﻨﻘﺴﻢ اﻟﺤﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ ﺇﻟﻰ ﺗﻜﻠﻴﻔﻲ ﻭﻭﺿﻌﻲ؟
ﻟﻘﺪ اﺧﺘﻠﻒ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻋﻠﻰ ﻣﺬﻫﺒﻴﻦ:
اﻟﻤﺬﻫﺐ اﻷﻭﻝ: ﺃﻥ اﻟﺤﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ ﻳﻨﻘﺴﻢ ﺇﻟﻰ ﻗﺴﻤﻴﻦ ﻫﻤﺎ:
"ﺣﻜﻢ ﺗﻜﻠﻴﻔﻲ "، ﻭ " ﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ".
ﺫﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻷﺻﻮﻟﻴﻴﻦ.
ﻭﻫﻮ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻋﻨﺪﻱ، ﻟﺬﻟﻚ ﻋﺮﻓﻨﺎ اﻟﺤﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ ﺑﻤﺎ ﻳﻌﻢ
اﻟﻘﺴﻤﻴﻦ ﻓﻘﻠﻨﺎ: " ﻫﻮ ﺧﻄﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ اﻟﻤﺘﻌﻠﻖ ﺑﻔﻌﻞ اﻟﻤﻜﻠﻒ اﻗﺘﻀﺎء
ﺃﻭ ﺗﺨﻴﻴﺮا ﺃﻭ ﻭﺿﻌﺎ، ﻭﺑﻴﻨﺎ ﺃﺛﻨﺎء ﺷﺮﺣﻨﺎ ﻟﻠﺘﻌﺮﻳﻒ ﺃﻥ ﺃﻧﻮاﻉ اﻟﺤﻜﻢ
اﻟﻮﺿﻌﻲ ﻛﺎﻟﺴﺒﺒﻴﺔ، ﻭاﻟﺸﺮﻃﻴﺔ، ﻭاﻟﻤﺎﻧﻌﻴﺔ - ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻣﻤﺎ ﺳﻴﺄﺗﻲ ﺫﻛﺮﻩ -
ﻟﻢ ﺗﺴﺘﻔﺪ ﺇﻻ ﻣﻦ اﻟﺸﺮﻉ، ﻟﺬﻟﻚ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﺣﻜﺎﻣﺎ ﺷﺮﻋﻴﺔ، ﻭﻻ ﻳﻮﺟﺪ
ﻓﻴﻬﺎ ﻃﻠﺐ ﻭﻻ ﺗﺨﻴﻴﺮ، ﻓﻠﺰﻡ ﺫﻛﺮ ﻗﻴﺪ: " ﺃﻭ اﻟﻮﺿﻊ "، ﻟﻴﻜﻮﻥ
اﻟﺘﻌﺮﻳﻒ ﺷﺎﻣﻼ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺃﻓﺮاﺩ اﻟﻤﺤﺪﻭﺩ.
اﻟﻤﺬﻫﺐ اﻟﺜﺎﻧﻲ: ﺃﻥ اﻟﺤﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ ﻗﺴﻢ ﻭاﺣﺪ ﻫﻮ: اﻟﺤﻜﻢ اﻟﺘﻜﻠﻴﻔﻲ.
ﺫﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺑﻌﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻛﺎﻟﺒﻴﻀﺎﻭﻱ ﻭﻏﻴﺮﻩ.
ﺩﻟﻴﻞ ﻫﺬا اﻟﻤﺬﻫﺐ:
اﺳﺘﺪﻝ ﻫﺆﻻء ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺑﻘﻮﻟﻬﻢ: ﺇﻧﻪ ﻻ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﻤﻮﺟﺒﻴﺔ اﻟﺪﻟﻮﻙ
- ﻣﺜﻼ - ﺇﻻ ﻃﻠﺐ اﻟﻔﻌﻞ ﻋﻨﺪﻩ، ﻭﻻ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﻤﺎﻧﻌﻴﺔ اﻟﺤﻴﺾ ﺇﻻ ﺣﺮﻣﺔ
اﻟﺼﻼﺓ ﻣﻌﻪ، ﻭﻻ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﺼﺤﺔ اﻟﺒﻴﻊ ﺇﻻ ﺇﺑﺎﺣﺔ اﻻﻧﺘﻔﺎﻉ ﺑﺎﻟﻤﺒﻴﻊ، ﻓﺘﻜﻮﻥ
ﺃﻧﻮاﻉ ﺧﻄﺎﺏ اﻟﻮﺿﻊ ﺩاﺧﻠﺔ ﺗﺤﺖ اﻻﻗﺘﻀﺎء ﻭاﻟﺘﺨﻴﻴﺮ.
ﺟﻮاﺑﻪ:
ﻳﻤﻜﻦ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ - ﻓﻲ اﻟﺠﻮاﺏ ﻋﻨﻪ -: ﺇﻧﺎ ﻻ ﻧﺴﻠﻢ ﺫﻟﻚ؛ ﻷﻣﺮﻳﻦ:
Komentar
Posting Komentar