Kajian Ushul Fiqh "Keharusan Didapatinya Ilmu Pasti dari Bentuk Dua Muqoddimah yang Terangkai Sebelum Natijah"
إلى حضرة النبي المصطفى محمّد صلى الله عليه وسلم وعلى اله وأصحابه أجمعين.
وإلى جميع مشايخنا وأساتذتنا وآبائنا والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات خصوصا الى روح :
Syeikh namlah, Simbah Agus, Orang tua, keluarga dan Anak turunku, Warih firdausi , semua yang aktif berbagi ilmu, Semoga selalu dalam Rahmat Alloh di dunia dan akhirat, ilaa yaumil qiyamah wa husnul khotimah, وإلى جميع مشايخنا وأساتذتنا وآبائنا والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات خصوصا الى روح :
الفاتحة:
ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (1)
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ (2) اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (3) ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ (4) ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ (5)
اﻫﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاﻁ اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ (6) ﺻﺮاﻁ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ (7)
Aamiin.ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (1)
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ (2) اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (3) ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ (4) ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ (5)
اﻫﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاﻁ اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ (6) ﺻﺮاﻁ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ (7)
Bab: keharusan didapatinya ilmu pasti dr bentuk dua muqoddimah yg terangkai sebelum natijah tadi.
اﻟﻤﻄﻠﺐ اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻓﻲ ﻭﺟﻪ ﻟﺰﻭﻡ اﻟﻨﺘﻴﺠﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﻘﺪﻣﺘﻴﻦ
اﻟﻤﻄﻠﺐ اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻓﻲ ﻭﺟﻪ ﻟﺰﻭﻡ اﻟﻨﺘﻴﺠﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﻘﺪﻣﺘﻴﻦ
Bahwasanya, setiap mufrod dr rangkaian kata pembentuk muqaddimah itu tentulah harus dengan logika yang kuat dan saling sambung runtut maknanya:
ﺇﻥ ﻛﻞ ﻣﻔﺮﺩﻳﻦ ﺟﻤﻌﺘﻬﻤﺎ اﻟﻘﻮﺓ اﻟﻤﻔﻜﺮﺓ، ﻭﻧﺴﺒﺖ ﺇﺣﺪاﻫﻤﺎ ﺇﻟﻰاﻵﺧﺮ،
Dibentuk dengan kalimat afirmatif, baik berupa itsbat, semisal : "Nabidz itu haram, atau Nabidz itu memabukkan."
ﺇﻣﺎ ﺑﺈﺛﺒﺎﺕ ﻣﺜﻞ: " اﻟﻨﺒﻴﺬ ﺣﺮاﻡ " ﺃﻭ " اﻟﻨﺒﻴﺬ ﻣﺴﻜﺮ "،
Atau juga bentuk afirmatif berupa nafi. Semisal: "Nabidz itu tidaklah memabukkan."
ﻭﺇﻣﺎﺑﻨﻔﻲ ﻣﺜﻞ: " اﻟﻨﺒﻴﺬ ﻟﻴﺲ ﺑﻤﺴﻜﺮ ،
Dengan rangkaian seperti itu, maka memberi ruang bagi akal untuk melakukan justifikasi secara jelas, baik berupa penerimaan ataupun penolakan.
Adapun jika kepastian hukum dari rangkaian mufrodat tadi belum didapatkan, mk sudah barang tentu harus membuat rumusan dulu untuk menguatkan hal itu. Dengar begitu terbentuk muqoddimah dr rangkaian mufrodat tadi, berupa kepastian hukum, yg nanti nyambung dg muqoddimah lainnya.
ﻭﻋﺮﺿﺖ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻘﻞ ﻟﻢ ﻳﺨﻞ اﻟﻌﻘﻞ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺃﺣﺪ ﺃﻣﺮﻳﻦ: ﺇﻣﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﺪﻕ ﺑﻪ، ﺃﻭ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻦاﻟﺘﺼﺪﻳﻖ
.
Jika akal murni membenarkannya, maka disitulah letak kemakluman satu bentuk pengetahuan yg hasilnya berupa : ilmu dzoruri/ aksiomatik. Yang tentu tidak butuh reached. .
ﻓﺈﻥ ﺻﺪﻕ اﻟﻌﻘﻞ ﻓﻬﻮ اﻷﻭﻟﻲ ﻭاﻟﻀﺮﻭﺭﻱ اﻟﻤﻌﻠﻮﻡ ﺑﻐﻴﺮ ﻭاﺳﻄﺔ ﻭﻳﻘﺎﻝ ﻟﺬﻟﻚ: ﺇﻧﻪ ﻣﻌﻠﻮﻡ ﺑﻐﻴﺮ ﻧﻈﺮ ﻭﺩﻟﻴﻞ ﻭﻃﻠﺐ،
ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺼﺪﻕ ﻓﻼ ﺑﺪ ﻣﻦ ﻭاﺳﻄﺔ ﻟﻠﺘﺼﺪﻳﻖ، ﻭﺗﻠﻚ اﻟﻮاﺳﻄﺔ ﻫﻲاﻟﺘﻲ ﺗﻨﺴﺐ ﺇﻟﻰ اﻟﺤﻜﻢ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺧﺒﺮا ﻋﻨﻬﺎ ﻭﺣﻜﻤﺎ ﻟﻬﺎ، ﻭﺗﻨﺴﺐ ﺇﻟﻰ
اﻟﻤﺤﻜﻮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺘﺠﻌﻞ ﺧﺒﺮا ﻋﻨﻪ، ﻓﻴﺼﺪﻕ، ﻓﻴﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻀﺮﻭﺭﺓ اﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﻨﺴﺒﺔ اﻟﺤﻜﻢ ﺇﻟﻰ اﻟﻤﺤﻜﻮﻡ ﻋﻠﻴﻪ
اﻟﻤﺤﻜﻮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺘﺠﻌﻞ ﺧﺒﺮا ﻋﻨﻪ، ﻓﻴﺼﺪﻕ، ﻓﻴﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻀﺮﻭﺭﺓ اﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﻨﺴﺒﺔ اﻟﺤﻜﻢ ﺇﻟﻰ اﻟﻤﺤﻜﻮﻡ ﻋﻠﻴﻪ
Lebih jelasnya : Kita ingin menghukumi bahwa " Nabidz itu haram".
Disini ada dua mufrodat inti, yaitu: nabidz + haram.
Dr mana kita memahami hal itu? Padahal tidak ada dalil. Nah, maka butuh penguat / riset untuk legalitas kata itu hingga nantinya patut untuk dijadikan muqoddimah.
Disini ada dua mufrodat inti, yaitu: nabidz + haram.
Dr mana kita memahami hal itu? Padahal tidak ada dalil. Nah, maka butuh penguat / riset untuk legalitas kata itu hingga nantinya patut untuk dijadikan muqoddimah.
ﺃﻧﺎ ﻗﻠﻨﺎ ﻟﻠﻌﻘﻞ: اﺣﻜﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻴﺬ ﺑﺎﻟﺤﺮاﻡ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻘﻮﻝ: ﻻ ﺃﺩﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺼﺪﻕ ﺑﻪ، ﻓﻌﻠﻤﻨﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ: ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺘﻘﻲ ﻓﻲ اﻟﺬﻫﻦ ﻃﺮﻓﺎ
ﻫﺬﻩ اﻟﻘﻀﻴﺔ ﻭﻫﻤﺎ: " اﻟﺤﺮاﻡ " ﻭ " اﻟﻨﺒﻴﺬ "، ﻓﻼ ﺑﺪ ﻣﻦ ﻃﻠﺐ ﻭاﺳﻄﺔ
ﻫﺬﻩ اﻟﻘﻀﻴﺔ ﻭﻫﻤﺎ: " اﻟﺤﺮاﻡ " ﻭ " اﻟﻨﺒﻴﺬ "، ﻓﻼ ﺑﺪ ﻣﻦ ﻃﻠﺐ ﻭاﺳﻄﺔ
Karena gini: dalam hati kecil mungkin kebanyakan kita berkata bahwa nabidz itu patut diletakkan hukum haram padanya. Nah, tp itu baru kemungkinan, karenanya masih butuh uji materi.
Nah, proses uji materi untuk menentukan identitas sifat ini tentu juga harus dg standar yg baku. Setelah usai, bahwa hasilnya adalah benar itu memabukkan, mk bisa dirangkai dg muqoddimah selanjutnya.
ﺭﺑﻤﺎ ﺻﺪﻕ اﻟﻌﻘﻞ ﺑﻮﺟﻮﺩﻫﺎ ﻓﻲ " اﻟﻨﺒﻴﺬ "، ﻭﺻﺪﻕ ﺑﻮﺟﻮﺩ ﻭﺻﻒ اﻟﺤﺮاﻡ ﻟﺘﻠﻚ اﻟﻮاﺳﻄﺔ ﻓﻴﻠﺰﻣﻪ اﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺎﻟﻤﻄﻠﻮﺏ
.
Saat uji materi itu lalu dikuatkan, betulkah nabidz itu memabukkan? .
Nah, proses uji materi untuk menentukan identitas sifat ini tentu juga harus dg standar yg baku. Setelah usai, bahwa hasilnya adalah benar itu memabukkan, mk bisa dirangkai dg muqoddimah selanjutnya.
ﻓﻴﻘﺎﻝ ﻟﻠﻌﻘﻞ: ﻫﻞ اﻟﻨﺒﻴﺬ ﻣﺴﻜﺮ؛ ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﻧﻌﻢ، ﻭﻗﺎﻝ: ﻧﻌﻢ؛ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺴﻜﺮا ﺛﺒﺖ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ.
Yaitu dengan dalil syar'i, bahwa sudah adanya kepastian hukum, kalau setiap yg memabukkan itu haram. Dr dua muqoddimah, baik yg didapat dr kepastian uji materi dan kepastian dr adanya dalil itu, baru disebut sebagai muqoddimah yg runtut, dan tentu natijahnya kena.
ﺛﻢ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ: ﻫﻞ اﻟﻤﺴﻜﺮ ﺣﺮاﻡ؛ ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﻧﻌﻢ، ﻭﻗﺎﻝ: ﻧﻌﻢ؟
ﻷﻧﻪ ﻋﻠﻢ ﻛﻮﻥ اﻟﻤﺴﻜﺮ ﺣﺮاﻣﺎ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺴﻤﻊ.
ﻷﻧﻪ ﻋﻠﻢ ﻛﻮﻥ اﻟﻤﺴﻜﺮ ﺣﺮاﻣﺎ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺴﻤﻊ.
: ﻓﺈﺫا ﺻﺪﻕ اﻟﻌﻘﻞ ﺑﻬﺎﺗﻴﻦ اﻟﻤﻘﺪﻣﺘﻴﻦ: ﻟﺰﻡ اﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺎﻟﺜﺎﻟﺚ ﺿﺮﻭﺭﺓ
ﻭﻫﻮ: ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻴﺬ ﺣﺮاﻡ، ﻓﻴﻠﺰﻡ اﻟﻌﻘﻞ اﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﻳﺬﻋﻦ ﻟﻠﺘﺼﺪﻳﻖ
ﻭﻫﻮ: ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻴﺬ ﺣﺮاﻡ، ﻓﻴﻠﺰﻡ اﻟﻌﻘﻞ اﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﻳﺬﻋﻦ ﻟﻠﺘﺼﺪﻳﻖ
Komentar
Posting Komentar