Kajian Ushul Fiqh "Hukum Syar'i"

إلى حضرة النبي المصطفى محمّد صلى الله عليه وسلم وعلى اله وأصحابه أجمعين.

وإلى جميع مشايخنا وأساتذتنا وآبائنا والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات خصوصا الى روح :

Syeikh Namlah, Simbah Agus, Orang tua, keluarga dan Anak turunku, Warih firdausi , semua yang aktif berbagi ilmu, Semoga selalu dalam Rahmat Alloh di dunia dan akhirat, ilaa yaumil qiyamah wa husnul khotimah,

الفاتحة:
ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (1)
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ (2) اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (3) ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ (4) ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ (5)
اﻫﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاﻁ اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ (6) ﺻﺮاﻁ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ (7)

Aamiin.

 اﻟﻤﺒﺤﺚ اﻷﻭﻝ ﻓﻲ ﺗﻌﺮﻳﻒ اﻟﺤﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ
ﺃﻭﻻ: اﻟﺤﻜﻢ ﻟﻐﺔ ﻫﻮ:
اﻟﻘﻀﺎء ﻭاﻟﻔﺼﻞ ﻟﻤﻨﻊ اﻟﻌﺪﻭاﻥ، ﻭﻣﻨﻪ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: (ﻟﺘﺤﻜﻢ ﺑﻴﻦ
اﻟﻨﺎﺱ ﺑﻤﺎ ﺃﺭاﻙ اﻟﻠﻪ) ، ﻭﻗﻮﻟﻪ: (ﻓﺎﺣﻜﻢ ﺑﻴﻦ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﺤﻖ) .
ﻳﻘﺎﻝ: " ﺣﻜﻤﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻜﺬا " ﺇﺫا ﻣﻨﻌﺘﻪ ﻣﻦ ﺧﻼﻓﻪ، ﻓﻠﻢ ﻳﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ
اﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ، ﻭﻣﻨﻪ اﺷﺘﻘﺎﻕ اﻟﺤﻜﻤﺔ؛ ﻷﻧﻬﺎ ﺗﻤﻨﻊ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﻣﻦ
ﺃﺧﻼﻕ اﻷﺭاﺫﻝ.
ﻭﻫﺬا ﻣﻮاﻓﻖ ﻟﻠﺤﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ؛ ﻓﺈﻧﻪ ﺇﺫا ﻗﻴﻞ: " ﺣﻜﻢ اﻟﻠﻪ ﻓﻲ
اﻟﻤﺴﺄﻟﺔ اﻟﻮﺟﻮﺏ "، ﻓﺈﻥ اﻟﻤﺮاﺩ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ: ﺃﻧﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻗﻀﻰ ﻓﻴﻬﺎ
ﺑﺎﻟﻮﺟﻮﺏ، ﻭﻣﻨﻊ اﻟﻤﻜﻠﻒ ﻣﻦ ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ.
ﺛﺎﻧﻴﺎ: اﻟﺤﻜﻢ اﺻﻄﻼﺣﺎ ﻫﻮ:
ﺧﻄﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ اﻟﻤﺘﻌﻠﻖ ﺑﻔﻌﻞ اﻟﻤﻜﻠﻒ ﺑﺎﻻﻗﺘﻀﺎء، ﺃﻭ اﻟﺘﺨﻴﻴﺮ ﺃﻭ
اﻟﻮﺿﻊ.
ﺷﺮﺡ اﻟﺘﻌﺮﻳﻒ:
ﻗﻮﻟﻨﺎ: " ﺧﻄﺎﺏ " اﻟﺨﻄﺎﺏ ﻫﻮ: ﺗﻮﺟﻴﻪ اﻟﻠﻔﻆ اﻟﻤﻔﻴﺪ ﺇﻟﻰ اﻟﻐﻴﺮ،
ﺑﺤﻴﺚ ﻳﺴﻤﻌﻪ ﻭﻳﻔﻬﻤﻪ.
ﻭﻗﻴﻞ: ﺇﻥ اﻟﺨﻄﺎﺏ ﻫﻮ: اﻟﻜﻼﻡ اﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻣﻨﻪ ﺇﻓﻬﺎﻡ ﻣﻦ ﻫﻮ ﻣﺘﻬﻲء ﻟﻠﻔﻬﻢ.
ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺲ ﻓﻲ اﻟﺘﻌﺮﻳﻒ ﻳﺸﻤﻞ ﻛﻞ ﺧﻄﺎﺏ، ﺳﻮاء ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺨﺎﻃﺐ
اﻟﻠﻪ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ.
ﻗﻮﻟﻨﺎ: " ﺧﻄﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ " ﺇﺿﺎﻓﺔ اﻟﺨﻄﺎﺏ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ، ﺃﺧﺮﺝ
ﺧﻄﺎﺏ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ اﻹﻧﺲ ﻭاﻟﺠﻦ ﻭاﻟﻤﻼﺋﻜﺔ، ﻓﺈﻥ ﺧﻄﺎﺑﺎﺗﻬﻢ ﻻ ﺗﺴﻤﻰ
ﺣﻜﻤﺎ؛ ﺣﻴﺚ ﻻ ﺣﻜﻢ ﺇﻻ ﻟﻠﺸﺎﺭﻉ.
ﻭاﻟﻤﺮاﺩ ﺑﺨﻄﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻛﻼﻡ اﻟﻠﻪ اﻟﻠﻔﻈﻲ، ﻭﻟﻴﺲ اﻟﻜﻼﻡ
اﻟﻨﻔﺴﻲ؛ ﻷﻥ اﻟﻜﻼﻡ اﻟﻠﻔﻈﻲ ﻫﻮ اﻟﻤﺒﺤﻮﺙ ﻋﻨﻪ ﻓﻲ اﻷﺻﻮﻝ ﺇﺟﻤﺎﻻ،
ﻭﻓﻲ اﻟﻔﻘﻪ ﺗﻔﺼﻴﻼ.
ﻭﺟﻤﻴﻊ اﻷﺣﻜﺎﻡ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ، ﺳﻮاء ﻛﺎﻧﺖ ﺛﺎﺑﺘﺔ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ، ﺃﻭ
اﻟﺴﻨﺔ، ﺃﻭ اﻹﺟﻤﺎﻉ، ﺃﻭ اﻟﻘﻴﺎﺱ، ﺃﻭ ﺃﻱ ﺩﻟﻴﻞ ﺛﺒﺖ ﺷﺮﻋﺎ، ﻓﺈﻥ
ﻛﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﻤﺼﺎﺩﺭ ﺭاﺟﻌﺔ - ﻓﻲ اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ - ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ.
ﻗﻮﻟﻨﺎ: " اﻟﻤﺘﻌﻠﻖ " ﺃﻱ: اﻟﻤﺮﺗﺒﻂ، ﻭاﻟﻤﺮاﺩ ﺑﻪ: اﻟﺬﻱ ﻣﻦ ﺷﺄﻧﻪ ﺃﻥ
ﻳﺘﻌﻠﻖ، ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺗﺴﻤﻴﺔ اﻟﺸﻲء ﺑﻤﺎ ﻳﺆﻭﻝ ﺇﻟﻴﻪ.
ﻭاﻟﻤﻘﺼﻮﺩ: ﺃﻧﻪ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻓﻲ ﺧﻄﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺮﺗﺒﻄﺎ ﺑﻔﻌﻞ
ﻣﻦ ﺃﻓﻌﺎﻝ اﻟﻤﻜﻠﻒ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﻳﺒﻴﻦ ﺻﻔﺔ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻄﻠﻮﺑﺎ ﻓﻌﻠﻪ
ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ، ﻭاﻟﺰﻛﺎﺓ، ﻭﻭﺟﻮﺏ اﻟﻐﺮاﻣﺎﺕ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺘﻠﻒ، ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ،
ﺃﻭ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻄﻠﻮﺑﺎ ﺗﺮﻛﻪ ﻛﺎﻟﺰﻧﺎ ﻭاﻟﺴﺮﻗﺔ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ.
ﻗﻮﻟﻨﺎ: " ﺑﻔﻌﻞ " اﻟﻔﻌﻞ ﻟﻐﺔ: ﻣﺎ ﻳﻘﺎﺑﻞ اﻟﻘﻮﻝ ﻭاﻻﻋﺘﻘﺎﺩ ﻭاﻟﻨﻴﺔ.
ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻓﻲ اﻟﻌﺮﻑ ﻳﻄﻠﻖ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺎ ﺻﺪﺭ ﻋﻦ اﻟﻤﻜﻠﻒ، ﻭﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﻪ
ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ، ﺃﻭ ﻓﻌﻞ، ﺃﻭ ﻧﻴﺔ، ﻭﻫﻮ اﻟﻤﺮاﺩ ﺑﻔﻌﻞ اﻟﻤﻜﻠﻒ ﻫﻨﺎ.
ﻓﻴﻜﻮﻥ اﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ ﻫﻨﺎ ﻫﻮ ﺟﻨﺲ اﻟﻔﻌﻞ، ﺳﻮاء ﻛﺎﻥ ﻭاﺣﺪا،
ﺃﻭ ﻣﺘﻌﺪﺩا، ﻭﻳﺸﻤﻞ اﻟﻘﻠﻮﺏ ﻭاﻟﺠﻮاﺭﺡ، ﺳﻮاء ﻣﻨﻬﺎ اﻟﻌﺒﺎﺩاﺕ، ﺃﻭ
اﻟﻤﻌﺎﻣﻼﺕ، ﺃﻭ اﻷﺧﻼﻕ، ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﻬﺎ اﻷﺣﻜﺎﻡ اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ.

Hukum syari.
Etomologi; pemutusan atau pemisahan antar dua kubu yg bermusuhan.
" aku hukumi zaid begini, mk artinya aku melarang darinya berbuat sesuatu yang berlawanan dengan putusanku".
Dari sinilah nanti terbentuk juga adanya hikmah syarak, yaitu terhindarnya dampak negatif dr pelanggaran hukum itu.
Kaidah diatas itulah juga sebagaimana yg berlaku pada hukum syarak. Jika hukum syarak itu punya petunjuk wajib, maka wajib pula menghindari dari apa yg dilarang darinya.
Adapun pengertian hukum syarak menurut terminologinya adalah:
Undang undang yang tertera dalam kitab suci, yang berhubungan dengan perilaku manusia, baik berupa pembenanan maupun rekomendasi pembebasan untuk memilih juga Kontekstualisasi teks hukum dengan subyek pelakunya.
Penjabaran.
Jika hukum itu adalah " khitob Alloh", maka yg dimaksud khitob disini adalah arah dan maksud dari pada teks kitab yg bisa dipahami atau memberi satu kepahaman sebagai petunjuk untuk melangkah.
Kata majmuk berupa khitobulloh, penyandaran khitob pada Alloh ini tentu saja mengecualikam khitob yg bukan dari Alloh.
Maka hukum syarak itu harus dirunut dari yg membuat khitob yaitu Alloh.
Oleh karenanya, baru bisa dikatakan hukum itu syari, jika ada sandaran dari apa yg dipahami dr nash nash ayat suci.
Jika khitob Alloh itu adalah ayat ayat suci, maka perlu digaris bawahi bahwa maksud ayat suci disini tentu yang bersifat lafdzi. Bukan kalam Alloh yg bersifat nafsi . Adapun bahasan kalam nafsi, itu ada pada tataran ilmu kalam yang tidak ada sangkut pautnya disini berkenaan dengan penentuan ayat sebagai legal standing.
Hukum syari itu harus bisa dirunut bahwa ia semata keluar dari laboratorium berbasic qurany.
Meski begitu, tentu tidak terbatas pada quran semata. Tapi semua dasar hukum sekunder, yang muaranya kembali pada quran, juga masuk kategori hukum itu syari.
Semisal sunnah, ijmak, qias, qoul sahabat, maslahah mursalah, syariat nabi sebelum kita, istihsan dan dengan tingkat penggunaan beserta sandaran legalitas masing masing.
Hukum syari itu khitob Alloh yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Kata " berhubungan" disini berkonotasi dengan pembebanan atau aturan yang mengikat. Baik itu berupa pembebanan untuk melakukan satu aktifitas, semisal sholat, zakat dll, atau pengikatan seseorang agar menghindari satu aktifitas semisal mencuri, menyakiti dll.
Hukum syari
khitobulloh yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Kata " perilaku " ini secara jelas dipahami sebagai apa saja yang berhubungan dengan kemampuan seseorang baik itu berupa pskis atau pekerjaan hati semisal niat, juga berupa fisik semisal ucapan hingga penggerakan anggota badan. Baik itu satu atau banyak pekerjaan. Muamalah, ibadah ataupun juga akhlak.