Kajian Fiqh Lintas Madhab "Syarat Usap Khuf"
إلى حضرة النبي المصطفى محمّد صلى الله عليه وسلم وعلى اله وأصحابه أجمعين.
وإلى جميع مشايخنا وأساتذتنا وآبائنا والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات خصوصا الى روح :
Ibnu Rusyd, Simbah Agus, Orang tua, keluarga dan Anak turunku, Warih firdausi , semua yang aktif berbagi ilmu, Semoga selalu dalam Rahmat Alloh di dunia dan akhirat, ilaa yaumil qiyamah wa husnul khotimah,
الفاتحة:
ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (1)
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ (2) اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (3) ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ (4) ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ (5)
اﻫﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاﻁ اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ (6) ﺻﺮاﻁ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ (7)
Aamiin. ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (1)
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ (2) اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ (3) ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ (4) ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ (5)
اﻫﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاﻁ اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ (6) ﺻﺮاﻁ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ (7)
💦6. Sarat usap khuf. 💦
Sarat untuk usap khuf, yaitu sekira kedua kaki masih dalam keadaan suci semenjak ia wudhu. Ini adalah ijmak.
Adapun maksud suci disini adalah pengertian menurut lughowi saja.
Gimana jika saat orang yang wudhu tadi, setelah ia selesai membasuh kaki, lalu dipakailah khuff. Nya, setelah dipakai ia teruskan sempurnakan wudhunya. Apakah nanti juga cukup diusap khuff yang ia pakai?
Jika orang yang wudhu tadi bermazhab, bahwasanya tartib dan muwalah itu tidak wajib, tentu saja usapan pada khuff diperbolehkan.
Nah, begitu pula sebaiknya. Jika ia orang yang bermazhab, bahwa tartib dan muwalah itu adalah wajib, maka usapan pada khuff dengan kondisi diatas, tidak diperbolehkan.
Qoul yang pertama diatas diwakili oleh Imam abu hanifah, sedang yang kedua diwakili oleh Imam syafi'i dan maliki.
Hanya saja tetep ada beda antara maliki dan syafii, pada sisi tidak mewajibkannya maliki akan sarat tartib, tapi hanya pada wajibnya muwalah saja.
Jadi maksud ucapan nabi " keduanya suci" disini adalah suci se-cara syar'i.
Sarat untuk usap khuf, yaitu sekira kedua kaki masih dalam keadaan suci semenjak ia wudhu. Ini adalah ijmak.
اﻟﻤﺴﺄﻟﺔ اﻟﺴﺎﺩﺳﺔ ﻭﺃﻣﺎ ﺷﺮﻁ اﻟﻤﺴﺢ ﻋﻠﻰ اﻟﺨﻔﻴﻦ، ﻓﻬﻮ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ اﻟﺮﺟﻼﻥ ﻃﺎﻫﺮﺗﻴﻦ ﺑﻄﻬﺮ اﻟﻮﺿﻮء، ﻭﺫﻟﻚ ﺷﻲء ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﻻ ﺧﻼﻓﺎ ﺷﺎﺫا.
Hal itu dikuatkan oleh hadits mughirah, yaitu saat nabi mau dicopotkan khuffnya, nabi melarang dai bilang : bahwa kakinya masih suci semenjak beliau habis wudhu. Adapun maksud suci disini adalah pengertian menurut lughowi saja.
ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻱ ﻋﻦ اﺑﻦ اﻟﻘﺎﺳﻢ ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ. ﻭﺫﻛﺮﻩ اﺑﻦ ﻟﺒﺎﺑﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﻨﺘﺨﺐ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺑﻪ اﻷﻛﺜﺮ ﻟﺜﺒﻮﺗﻪ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ اﻟﻤﻐﻴﺮﺓ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﺇﺫا ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻨﺰﻉ اﻟﺨﻒ ﻋﻨﻪ، ﻓﻘﺎﻝ - ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ -: «ﺩﻋﻬﻤﺎ ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺩﺧﻠﺘﻬﻤﺎ ﻭﻫﻤﺎ ﻃﺎﻫﺮﺗﺎﻥ» ﻭاﻟﻤﺨﺎﻟﻒ ﺣﻤﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻋﻠﻰ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ اﻟﻠﻐﻮﻳﺔ.
💢Ada problem.💢Gimana jika saat orang yang wudhu tadi, setelah ia selesai membasuh kaki, lalu dipakailah khuff. Nya, setelah dipakai ia teruskan sempurnakan wudhunya. Apakah nanti juga cukup diusap khuff yang ia pakai?
ﻭاﺧﺘﻠﻒ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻣﻦ ﻫﺬا اﻟﺒﺎﺏ ﻓﻴﻤﻦ ﻏﺴﻞ ﺭﺟﻠﻴﻪ ﻭﻟﺒﺲ ﺧﻔﻴﻪ، ﺛﻢ ﺃﺗﻢ ﻭﺿﻮءﻩ ﻫﻞ ﻳﻤﺴﺢ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ؟
💧Jawab: Jika orang yang wudhu tadi bermazhab, bahwasanya tartib dan muwalah itu tidak wajib, tentu saja usapan pada khuff diperbolehkan.
ﻓﻤﻦ ﻟﻢ ﻳﺮ ﺃﻥ اﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻭاﺟﺐ ﻭﺭﺃﻯ ﺃﻥ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﺗﺼﺢ ﻟﻜﻞ ﻋﻀﻮ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﻜﻤﻞ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻟﺠﻤﻴﻊ اﻷﻋﻀﺎء ﻗﺎﻝ ﺑﺠﻮاﺯ ﺫﻟﻚ
Nah, begitu pula sebaiknya. Jika ia orang yang bermazhab, bahwa tartib dan muwalah itu adalah wajib, maka usapan pada khuff dengan kondisi diatas, tidak diperbolehkan.
ﻭﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﺃﻥ اﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻭاﺟﺐ، ﻭﺃﻧﻪ ﻻ ﺗﺼﺢ ﻃﻬﺎﺭﺓ اﻟﻌﻀﻮ ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﻃﻬﺎﺭﺓ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻋﻀﺎء اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﺫﻟﻚ،
Qoul yang pertama diatas diwakili oleh Imam abu hanifah, sedang yang kedua diwakili oleh Imam syafi'i dan maliki.
ﻭﺑﺎﻟﻘﻮﻝ اﻷﻭﻝ ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ، ﻭﺑﺎﻟﻘﻮﻝ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﺎﻝ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻣﺎﻟﻚ
Hanya saja tetep ada beda antara maliki dan syafii, pada sisi tidak mewajibkannya maliki akan sarat tartib, tapi hanya pada wajibnya muwalah saja.
ﺇﻻ ﺃﻥ ﻣﺎﻟﻜﺎ ﻟﻢ ﻳﻤﻨﻊ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ اﻟﺘﺮﺗﻴﺐ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻣﻨﻌﻪ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻯ ﺃﻥ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻻ ﺗﻮﺟﺪ ﻟﻠﻌﻀﻮ ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﻛﻤﺎﻝ ﺟﻤﻴﻊ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ،
Jadi maksud ucapan nabi " keduanya suci" disini adalah suci se-cara syar'i.
ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ - ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ -: «ﻭﻫﻤﺎ ﻃﺎﻫﺮﺗﺎﻥ» ﻓﺄﺧﺒﺮ ﻋﻦ اﻟﻄﻬﺎﺭﺓ اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ.
Komentar
Posting Komentar